Pentingnya set up yang tepat - Berbagi Ilmu Stand Up Comedy Indonesia

Set Up di dalam kacamata komika atau stand up comedian berarti adalah susunan kalimat atau kata-kata untuk mengantarkan penonton hingga kalimat atau kata-kata yang mengandung jokes (punchline).

Dalam Wikipedia dikutip :
"Set up adalah bagian yang tidak lucu dari sebuah lawakan (bit) yang berfungsi untuk memancing penonton agar mereka penasaran. Saat mendengarkan set up suatu bit, penonton memikirkan kisah pertama, yaitu bayangan atau pikiran penonton mengenai set up suatu bit." 

Kalau hanya berbekal teori seperti itu tentulah kita yang baru belajar akan bilang : "Ah, berarti set up itu gampang!". Tidak Rhoma!! Tidak!! Begitu aku lakukan, ternyata set up tidak sesederhana itu! 

Kalimat atau kata-kata set up bertanggung jawab dalam keberhasilan kalimat atau kata-kata Punchline. Contohnya di dalam sebuah openmic, aku pernah bilang begini : "Pendidikan yang aku alami itu adalah pendidikan seni kekerasan (set up)", yang aku singkat dengan PSK! (punchline)"

Set up yang aku pilih adalah kata-kata yang tepat agar pikiran penonton langsung nyambung dengan singkatan yang ingin dituju. Tawa akan langsung terkoneksi dengan baik disaat "PSK" yang disebut itu sesuai dengan kata-kata sebelumnya yaitu pendidikan (P), seni (S), dan kekerasan (K). Jika aku mengambil set up yang lebih panjang dan lebih rumit tentunya akan memakan waktu, dan Punchline tidak akan berhasil. 

Misalnya begini : "Pendidikan yang aku alami adalah pendidikan ilmu kesenian yang keras... dimana gurunya marah-marah melulu (set up). Pendidikan seperti ini aku sebut PSK atau Pendidikan Seni Kekerasan! (punchline)". Tentunya sangat kecil kemungkinan untuk mendapatkan tawa penonton. Apalagi tawa komika yang lain. Karena tidak adanya kalimat singkat yang langsung menjurus kepada punchline yang telah dipersiapkan. 

Terima kasih kepada Bang Ramon Papana sebagai guru Stand Up Comedy Indonesia. Beliau mengatakan kalau set up lebih baik dilontarkan dengan kalimat pendek yang jelas, tanpa menghilangkan makna yang dituju. Intinya adalah set up diucapkan untuk menggiring pemikiran penonton ke titik "A", sedangkan punchline membelokkannya ke titik "B". 

Set up pendek akan meringkas waktu, set up tepat akan mempertajam punchline, set up pendek dan tepat tentunya meningkatkan LPM alias laughs per minutes. Tetapi ada kalanya saat kita melihat komika atau stand up comedian nasional... ada beberapa dari mereka yang menggunakan set up cukup panjang. Apakah mereka gagal secara teknis?

Ini bagian menariknya Stand Up Comedy. Di saat set up yang pendek tentu efektif, tapi Set up yang panjang belum tentu juga set up yang tidak baik. Naah... ini beda lagi, penulisnya nggak konsisten!? Bukan... ada kalanya materi yang kita bawakan itu berisi informasi yang harus diserap oleh penonton sebelum masuk ke punchline. Sedangkan informasi ini adalah informasi yang penting, dan bisa membuat penonton juga mendapatkan kecerdasan disamping penampilan komika yang lucu. 

Bit tentang pendidikan seni kekerasan yang disingkat sebagai "PSK" adalah bit untuk mendapatkan tawa, tidak lebih dari itu. Sebagai pelajar stand up comedy aku juga sedang berpikir keras agar setiap openmic, penonton juga bisa mendapatkan sebuah informasi yang penting. 

Seorang komika cerdas seperti Ivan Karta, atau Pandji selalu melakukan itu. Dalam salah satu segment show off air-nya, bahkan Pandji pernah melontarkan set up yang memakan lebih dari 4 kalimat sebelum menuju bit-bit punchline. Tentu saja biarpun panjang, tapi tetap segment tersebut sukses. Ia menceritakan tentang generasi Indonesia yang terlalu patuh sehingga tumbuh menjadi generasi yang menghindari konflik. Generasi itu juga menjadi generasi yang takut protes karena takut dianggap berbeda... bahkan untuk hal-hal kecil seperti penyalah gunaan toa masjid. 

Punchline-punchline yang keluar dalam bit tersebut adalah punchline yang membeberkan contoh penyalahgunaan toa masjid dengan act out di dalam delivery sebagai bagian dari generasi Indonesia yang takut berkonflik. Tentu saja punchline seperti ini tidak akan mendapatkan efek tawa memuaskan kalau sebelumnya tidak diterangkan terlebih dahulu. Kalau saja Pandji hanya mengantarkan set up : "Indonesia ini memiliki generasi yang takut protes, contohnya dalam penyalahgunaan toa masjid!". Begitu keluar punchline yang berbunyi : "Bapak bapak ibu-ibu, besok kita mampir ke rumah Bu Tini! (act out pemberi pengumuman plus Sound mic seperti toa masjid)". Penonton akan bingung dan tidak bisa menangkap sepenuhnya apa yang dibahas oleh Pandji. Hasilnya? Tentulah bomb, dan tiket 400 ribu per penonton itu akan menjadi sangat sia-sia. 

Tidak semua set up panjang berhasil, dan tidak juga semua set up pendek jadi efektif. Syaratnya? Tentulah nilai dari kata-kata yang keluar dan nilai informasi dari materi itu sendiri. Kalau hanya cerita soal mantan yang baper, tentu saja kata "baper" tidak perlu dijelaskan karena kebanyakan penonton sudah tahu. Tapi kalau cerita soal mantan yang "indigo", tentulah kalimat indigo ini harus dijelaskan terlebih dahulu. 

Lantas bagaimana dengan sisi "LPM"??? Bukankah set up pendek jadi lebih baik? 

Aku sendiri melakukan eksperimen dalam melakukannya. Ada beberapa materi yang di set up pendek, ada juga yang panjang karena harus diisi informasi. Hasilnya? 

Set up pendek bisa berupa oneliner, set up and punch. Walaupun hanya memiliki 1 punchline di masing-masing metode, tidak masalah karena memang set up-nya pendek. Tetapi kalau set up sudah mulai panjang, tentunya 1 punchline tidak akan cukup karena waktu semakin terkikis. Untuk mengatasinya, set up panjang harus memiliki punchline yang banyak. Tidak hanya double, tapi bahkan triple, atau kwartet sekalian, atau kabaret aja biar rame! Tanggung... udah kepanjangan...

Sebagai komika pemula (kayak guehhh), dalam penulisan materi lebih banyak mencari set up yang pendek karena masih dalam pengasahan insting untuk membuat punchline yang bisa keluar lebih dari satu. Kadangkala ada rasa pede : "Nih! Gue punya triple punchline!". Eeh begitu di panggung orang hanya ketawa 1x dalam satu bit. Itu berarti 2 lainnya belum cukup umur. 

Stand up komedian tingkat headliner yang manggung mulai dari 30 menit sampe 2 jam tentu tak bijak kalau semua set up-nya pendek. Karena nggak mungkin juga orang harus ketawa terus dalam rentang waktu seperti itu. Perut bisa kram! Nggak lucu kan habis nonton stand up comedy trus berakhir di rumah sakit? 

Kalau untuk pemula stand up comedy seperti aku dengan rentang waktu tampil 5 plus 2 menit, tentulah set up pendek lebih disarankan. Jika memasang set up lebih dari 3 kalimat (udah keluar dari rules of 3) tentu saja harus dibarengi punchline yang banyak, lebih dari satu. Kalau tidak penonton akan bosan, dan moodnya sudah hilang untuk melanjutkan ke materi yang lebih jauh lagi. 

Begitulah sekedarnya tentang set up sebagai hal pertama dalam keberhasilan punchline. Banyak sekali teori-teori dalam stand up comedy, dan ini anggaplah hanya sekedar sumbangan pemikiran dari jam terbang yang belum terlalu tinggi. Bisa benar, bisa juga salah... karena yang nulis juga masih di tingkat amatir. Hehehe...

My Openmic Untuk dinikmati... kalo masih banyak kekurangan, maaf ya... saya akan belajar lebih keras lagi!
Categories:
Similar Videos

1 komentar: