Diary Komedian - Panggung yang sulit untuk Belajar Stand Up Comedy Indonesia

Dalam Stand Up Comedy (SUC), baik itu mau open mic atau show (meskipun baru kecil-kecilan)... seorang calon comic / komika pun mengharapkan penonton yang siap untuk mendengarkan. Lumrahnya begitu, tetapi tidak semua impian kadang tercapai. Sebagai calon komika yang masih belajar stand up comedy, aku seringkali merasakan tantangan yang menyebalkan dari kondisi stage yang lebih sedih dari adegan film Shahrukh Khan dan Rani Mukherjee

THE DARK CAFE SHOW
Apakah terdengar seperti acara seorang pesulap ataupun kehadiran group band metal di cafe yang penuh magician? Aku rasa memang perlu menyewa David Copperfield bin Doraemon untuk menyulap suasana di panggung seperti ini. Seperti apa? Satu, kondisi stage yang gelap dengan penerangan lampu redup warna-warni seperti panggung organ tunggal. Dua, cafe itu sendiri terhimpit rapat dengan cafe lainnya sehingga suara comic / komika harus berperang dengan suara live music di tempat sebelah. Tiga, kondisi penonton dengan meja yang duduknya berkeliling sehingga banyak yang malah menghadap ke jalan... bukannya stage. Mau ngadap ke stage juga percuma, komikanya nggak keliatan jelas. Seolah-olah ada backdrop yang bisa ngomong...

THE FOOTBALL STAGE
Hehehe... aku sering ketawa sendiri kalo ingat yang ini. Lagi enak-enak delivery set up and punch... eh tiba-tiba ada teriakan : "Gooool!!!!!!". Bagaimana perasaan ente? Tampil di tengah-tengah acara nonton bareng bola, dan penontonnya adalah penonton fanatik dari klub / tim bola itu sendiri? Jelas sekali udah kayak mantan pacar yang rasanya sudah dicampakkan karena terbukti hamil dengan teman mantan yang lain! Masih mending jika dari pihak panitia acara memberikan kesempatan open mic pada sela waktu istirahat antara babak 1 dan 2. Tetapi karena alasan keterbatasan waktu dan padatnya acara (seperti pembagian doorprize)... open mic dilakukan tepat di tengah-tengah Ibrahimovic lagi unjuk gigi. 

THE STAGE OF COMICS
Nama ini mungkin terdengar keren, tetapi percayalah... tidak sekeren itu. Tempat / kelas openmic selalu kami gelar di warung kopi teman yang memang care dengan stand up comedy. Hanya saja sayangnya, tempat tersebut terletak di dalam gang dan banyak sekali penduduk yang tidak tahu disitu ada warung kopi. Jadinya apa? Tanpa penonton... komika... ditonton komika. Comis viewed by comics. Masih enak lah kalau dalam komunitas kami ada 30 orang yang aktif. Nah... rata-rata perjumpaan per minggu adalah 7 sd 8 orang! Joke yang sama terkadang tidak akan mengundang tawa mereka (karena sudah hafal dan tahu). Jadi seringkali di sela-sela materi lama... harus selalu diselipin materi yang baru. 

Mungkin bagi komika nasional seperti Raditya Dika, Pandji, Indra Jegel, dll akan cepat-cepat menolak stage seperti ini. Tapi tidak, untuk komika amatir yang berasal dari Pulau Belitung. Tanggal 1 Maret 2017 usia Komunitas Stand Up Indo Belitong baru saja satu tahun! Kalau jadi terlalu pemilih tentu tidak akan mendapatkan jam terbang dan pengalaman yang baik untuk belajar. Tapi biar begitu, ada satu hal yang bisa diambil setelah nampil. Aku sendiri lebih menganggapnya sebagai tempat "asah mental" dengan mencoba delivery jokes sebaik-baiknya. Hhh... tetap semangat! 

Similar Videos

0 komentar: